Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts

Rabu, 01 Februari 2012

Senin, 02 Januari 2012

Rektor Unsyiah Terima Anugerah Tokoh Eksekutif Indonesia 2011

Banda Aceh, (Analisa). Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof Dr Darni M Daud MA memperoleh penghargaan tingkat nasional anugerah The Best Executive Indonesian Awards pada festival pesona profil tokoh eksekutif Indonesia tahun 2011.
Penghargaan tersebut diberikan sebuah majalah investigasi independen tingkat nasional, Majalah Satgasnas yang bekerja sama dengan Dewan Komite Pusat Jaringan Pembaharuan Nusantara (DKP JPN) dan DPP Asosiasi Pelaksana Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (AP3 TKIS).

Penyerahan penghargaan dilaksanakan pada 24 Desember 2011, di Hotel Mercuri Ancol, Jakarta, kepada 10 tokoh nasional atas keberhasilan dan prestasi individu tokoh yang telah memberikan karya nyata bagi pembangunan bangsa dan negara serta telah membangun kariernya secara gemilang di bidang pemerintahan, pendidikan, pengusaha dan sebagainya.

Darni Daud yang telah dua periode memimpin Unsyiah dinilai sebagai tokoh nasional insan pejuang pembaharuan nusantara, setelah diseleksi dari 500 tokoh dengan sistem penelitian dokumentasi dan prestasi serta interviuw ke lapangan.

Tak Menduga

Rektor Darni Daud mengaku, sebelumnya tidak pernah menduga dan merasa kaget berhasil menembus seleksi ketat pemilihan tokoh pesona profil eksekutif Indonesia mengingat tingkat persaingannya yang sangat ketat. Meski demikian, ia merasa bersyukur bahwa apa yang telah dikerjakannya selama ini ternyata dilirik dan dihargai di tingkat nasional.

Bakal calon gubernur Aceh yang maju dari jalur independen ini juga berharap, adanya penghargaan ini bisa terus memotivasi dirinya untuk berbuat yang lebih baik lagi untuk seluruh rakyat Aceh.

"Semoga dengan ini saya dan kita semua lebih termotivasi lagi untuk berbuat yang lebih baik ke depan untuk kepentingan rakyat, tanpa pamrih. Penghargaan ini merupakan kebanggaan Aceh, karena untuk tingkat Sumatera hanya Rektor Unsyiah yang mendapatkannya, ujar Darni.

Sejumlah tokoh nasional yang mendapatkan anugerah tersebut di antaranya mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokhmin Dahuri, mantan Komandan Pusat POM TNI-AD, Mayjen TNI (Purn) Hendardji Soepandji, SH dan Bupati Karangasem, Bali I Wayan Geredeg, SH.

Rektor Unsyiah Sentil Gerakan Gender

Banda Aceh — Rektor Universitas Syiah Kuala,Darni Daud, Jum’at (23/10) menyentil gerakan Gender yang sedang diagung-agungkan oleh beberapa pihak dengan alasan gerakan gender juga telah berpengaruh buruk terhadap kehidupan masyarakat seperti yang terjadi di Amerika Serikat.

“Akibat dari kaum perempuan terlalu sibuk memperjuangkan gender, dia dibenci oleh anak-anaknya karena anaknya tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya,” ujar Darni Daud setelah salah seorang peserta Peluncuran dan Bedah Buku dengan judul Professionalism, Courage, Dignity yang menceritakan tentang profil dan sejarah Polisi Daerah (Polda) Aceh, aktivis Majelis Syura Inoeng Aceh, Ria Fitri mempertanyakan apakah dalam buku yang diterbitkan oleh Polda Aceh tersebut juga dilihat dari perspektif kaum perempuan.

Selain itu, Ria Fitri juga menyesalkan pembicara dalam bedah buku ini tidak ada perempuan. “Kenapa tidak ada seorang pun pembicara dalam bedah buku ini dipilih salah seorang dari perempuan, padahal hal tersebut penting karena buku tersebut juga harus dilihat dari perspektif perempuan,” sebut Ria Fitri.

Awalnya Kapolda Aceh, Irjen Polisi Adityawarman mengakui bahwa dirinya tidak sempat memikirkan hal tersebut, “Saya minta maaf, saya benar-benar tidak ingat untuk memanggil salah seorang pembicara dari perempuan, padahal bisa kita sandingkan dengan pembicara yang lain,” ujar Kapolda Aceh.

Setelah Kapolda Aceh selesai berbicara, Darni langsung menyebutkan, gerakan gender di Amerika Serikat telah membuat banyak perubahan kehidupan manusia, “Akibat gerakan gender, wanita di Amerika malah berhubungan sesame jenis atau lesbian,” sebut Darni didepan puluhan Muspika provinsi Aceh dan Kabupaten/kota di Aceh.

Dampak lainnya sebut Darni, para lelaki pun di Amerika sudah mulai membenci wanita, akhirnya lelaki pun sudah berhubungan sesame lelaki atau homoseksual. “Bahkan di depan umum mereka sudah berani bermesraan sesame jenis, di Aceh tidak dikenal kebiasaan seperti itu, bahkan hal tersebut tidak sesuai dengan budaya di Aceh,” ujar Alumni salah satu Universitas di Amerika Serikat. [003]


sumber